Jambi Medica
Awas, Resolusi Bisa Bikin Depresi!
Membuat resolusi ternyata juga bisa bikin depresi. Lebih baik buat daftar yang lebih spesifik supaya bisa lebih jelas targetnya.
Sebagian orang melihat tahun baru sebagai awal dan tantangan baru, karenanya dianggap sebagai hal yang menggembirakan. Tetapi, bagi sebagian orang, malam tahun baru disambut dengan rasa sedih.
Pikiran-pikiran negatif yang berkecamuk di pikiran kerap menjadi penyebabnya, seperti, "Saya tidak berhasil menurunkan bobot tubuh yang saya inginkan sejak awal tahun ini" atau, "Saya tidak berhasil menghasilkan uang sebanyak yang saya janjikan kepada diri sendiri," atau, "Saya tak berhasil mendapatkan pekerjaan baru," bahkan "Saya orang yang tak punya harapan." Pikiran-pikiran tentang kegagalan mencapai resolusi tahun lalu semacam ini menghantui pikiran dan bisa membuat depresi.
Mengenai hal ini, Susan Nolen-Hoeksema, PhD, profesor psikologi dari Yale University mengatakan, di penutup tahun, menjelang tahun baru, sulit untuk tidak melihat ke belakang. Bahkan setiap kita memasang televisi, radio, atau berselancar di dunia maya, semua berita membicarakan tentang apa yang telah terjadi selama setahun ke belakang. Tak heran, kita juga berlaku seperti itu.
Selesai dari me-review tentang setahun kemarin, muncullah pembicaraan tentang resolusi tahun baru. Ketika kita membicarakan resolusi, berarti kita juga membicarakan tentang kelemahan diri, jelas Edward Abramson, PhD, profesor psikologi, serta penulis Body Intelligence and Emotional Eating. Belum lagi, ketika membicarakan resolusi, kita juga sering memikirkan tentang masa liburan, seperti Lebaran atau hari Natal, yang bisa saja baru berlangsung dengan kurang sukses yang kemudian kita menyalahkan diri sendiri akibat hal itu.
Menurut Nolen-Hoeksema, wanita paling sering memikirkan hal-hal buruk berulang-ulang, entah itu dalam pikirannya sendiri, atau membahasnya dengan orang lain, tetapi tidak memiliki rencana atau cara mengatasi hal itu.
* Orang yang terus menerus memikirkan hal buruk tentang dirinya berulang-ulang cenderung memiliki gaya menghadapi yang negatif, seperti mengkritik dirinya sendiri dan menjadi pesimis. Berpikiran buruk dan mengulanginya terus menerus seringkali berhubungan dengan depresi.
* Menurut Nolen-Hoeksema, memikirkan hal buruk yang sudah terjadi di belakang adalah hal wajar, tetapi amat penting untuk bisa mengenali gejalanya sejak awal. Ketika Anda menyadari bahwa Anda "tenggelam" di tempat yang sama berulang-ulang dan tahu bahwa hal itu belum ada solusinya, perasaan Anda akan makin parah. Ketika terjebak dalam siklus ini, amat sulit untuk bisa mengalihkan pikiran.
* Depresi bisa membuat pikiran buruk berulang itu tambah parah. Jika Anda sudah dalam kategori depresi ringan, pikiran-pikiran semacam ini hanya akan membuat Anda berfokus pada aspek terburuk dari masalah. Depresi memperparah pikiran buruk, dan pikiran buruk memperparah depresi. Sulit untuk melihat yang mana yang memulai keadaannya.
Untuk mereka yang terjebak dalam perhitungan "gagal-berhasil"-nya resolusi tahun kemarin, Abramson dan Nolen-Hoeksema menawarkan saran seperti berikut ini:
* Antisipasi
Jika Anda pernah mengalami masalah siklus seperti ini sebelumnya, buatlah rencana untuk meminimalisir masalah ini sebelum memasuki tahun baru.
* Tanya "Mengapa?"
Bukan tanya, "mengapa saya?", tetapi tanyakan mengapa resolusi tahun 2010 ini tak berhasil Anda wujudkan.
* Ganti ke aksi
Ketimbang mengeluh dan menangis, tanya diri Anda, "Hal kecil apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah situasi ini?"
* Beraktivitas dan alihkan perhatian
Saat Anda kembali ke siklus mengasihani diri itu, coba mulai berjalan keliling tempat tinggal, pergi ke gym, atau ke mal. Nolen-Hoeksema mengatakan, aktivitas fisik mampu membuat perbedaan. Beraktivitas selama 10 menit saja akan membantu Anda merasa lebih baik. Mengalihkan perhatian bisa membantu mengurangi depresi secara perlahan.
* Spesifik
Jika Anda memutuskan ingin membuat resolusi Tahun Baru, buatlah daftar yang masuk akal dan putuskan hal-hal spesifik yang bisa Anda lakukan. Jangan membuat resolusi yang terlalu global, seperti "Ingin menjadi orang yang lebih baik". Disarankan membuat resolusi yang lebih spesifik, misal, "Saya akan membawa buah ke kantor setiap hari untuk camilan, supaya tidak makan makanan berlemak".
* Periksa lagi
Periksa lagi daftar resolusi Anda, apakah sudah cukup realistis. Jika belum, bukan berarti Anda bisa menyerah akan tujuan Anda sejak awal. Jika memang masih terlalu global, bagilah dalam langkah-langkah kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar