Locations of visitors to this page Jambi Medica: PERUBAHAN IKLIM PICU PENYEBARAN PENYAKIT

Minggu, 06 Februari 2011

PERUBAHAN IKLIM PICU PENYEBARAN PENYAKIT

Jambi Medica


Perubahan Iklim Picu Penyebaran Penyakit

Cuaca terik yang terasa pada siang hari, setelah pada pagi hari Jakarta berselimut mendung, di kawasan Tugu Tani, Jakarta, Senin (17/3/2008). Perubahan cuaca yang ekstrem terjadi dalam sehari itu dirasakan warga Ibu Kota.

Kanker kulit dan penyakit pernapasan diduga sebagai dua penyakit pertama yang disebabkan perubahan iklim bumi, yang antara lain diakibatkan oleh pemanasan global.

"Penipisan lapisan ozon di stratosfer telah meningkatkan risiko serangan kanker kulit dan peningkatan temperatur akibat perubahan iklim dapat meningkatkan konsentrasi ozon permukaan, yang merupakan salah satu pencemar udara utama dan dapat menyebabkan penyakit pernapasan," ungkap Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Kamis (20/1/2011).

Ia menjelaskan, perubahan iklim juga akan memicu semakin berkurangnya keanekaragaman hayati sehingga dapat menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.

Selain itu, degradasi lahan dan perubahan fungsi ekosistem dapat menyebabkan perubahan penyebaran vektor penyakit dan penurunan sumber daya air. Hal itu bisa berujung pada keterbatasan akses air bersih dan sanitasi yang sehat.

Saat ini di Indonesia, seperti juga di banyak negara di dunia, mulai terlihat tanda-tanda seperti peningkatan curah hujan yang cukup signifikan pada musim basah dan penurunan curah hujan pada bulan-bulan kering.

Tjandra memaparkan, perubahan iklim memengaruhi kesehatan melalui jalur kontaminasi mikroba dan transmisi dinamis. Dampak kesehatan dari proses tersebut, di antaranya, efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana akibat cuaca ekstrem, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, serta penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat.

"Peningkatan penyebaran agen penyakit bawaan air akan meningkatkan wabah penyakit menular, seperti leptospirosis, diare, dan kolera. Penyakit diare memiliki risiko tinggi di sebagian wilayah Indonesia," kata Tjandra.

Peningkatan temperatur udara sebesar 2-3 derajat celsius akan meningkatkan jumlah penderita penyakit tular vektor sebesar 3-5 persen. Sebab, peningkatan temperatur akan memperluas distribusi vektor serta meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi infektif.

Kementerian Kesehatan disebut Tjandra akan melakukan kajian dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dalam program 2010-2014, terutama untuk perkembangan penyakit bawaan air, penyakit bawaan vektor, penyakit bawaan udara, bencana dan kecelakaan, serta penyakit tidak menular skala nasional.

Untuk kebijakan, direncanakan pembuatan perundang-undangan yang mendukung terciptanya lingkungan yang preventif terhadap penyakit. Selain itu, akan disusun peraturan perundangan yang mendukung usaha adaptasi perubahan iklim sektor kesehatan.

"Kami juga akan melakukan penguatan kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan masyarakat dengan tujuan aksi adaptasi dan pencegahan penyakit. Selain itu, kami melakukan sosialisasi strategi adaptasi perubahan iklim bagi legislatif dan jajaran pemerintah pusat agar terbentuk komitmen serta rencana aksi implementasi kegiatan," katanya.

Tidak ada komentar: