Jambi Medica
PSIKOLOGI - ARTIKEL
Bertahan dalam Kesulitan Hidup
”Saya laki-laki berumur 38 tahun, sulung dari 6 bersaudara, empat orang sudah menikah. Saya baru lulus magister bulan November lalu dari sebuah PTS di Yogyakarta, tetapi sampai sekarang belum mendapat pekerjaan. Saya malu pada adik-adik dan teman. Usia makin tua, tapi belum punya pekerjaan. Saya juga belum punya pacar. Lha, bagaimana pacaran, wong hasil les privat selama kuliah S-2 ndak seberapa. Saya ndak berani.
Sebelum kuliah S-2, saya bekerja di sebuah SMP swasta (4 tahun) dan SMA swasta (1 tahun). Karena saya lulusan ilmu murni, saya tidak mempunyai akta IV yang diperlukan sebagai tanda boleh mengajar sehingga saya selama itu tetap honorer. Honor saya kecil sekali sehingga saya juga memberi les kadang sampai pukul 21.00 baru pulang. Sebagian uang itu saya tabung karena saya dari dulu memang ingin kuliah S-2.
Setelah lulus, sudah ada sepuluh lebih PTS yang saya lamar, baik itu yang membuka lowongan maupun yang tidak. Baru dua yang memberi jawaban bahwa PTS mereka tidak memerlukan tenaga pengajar baru. Saya sungguh tertekan dengan keadaan ini ditambah dengan nenek yang terkena stroke dan Mamah yang mengidap diabetes dan keadaan tokonya yang sepi.
Saya sungguh malu, merasa tidak berguna, padahal dulu saya berpikiran kalau sudah S-2 pasti akan mudah mendapat pekerjaan. Aktivitas sekarang hanya merawat nenek dan beres-beres rumah yang memang sangat luas. Saya tahu Mamah juga memikirkan saya. Bagaimana ya, Bu? JK-Purwokerto.
Jawaban
Saya ikut prihatin dengan kondisi sulit yang tengah dialami. Saya bisa merasakan kekhawatiran, rasa cemas, dan malu pada lingkungan akan masa depan Anda yang belum jelas karena belum ada pekerjaan dan penghasilan tetap, maupun pasangan hidup, sementara umur makin bertambah. Saya bisa mengerti kalau Anda sangat tertekan dengan semua ini. Bagaimanapun, saya berharap Anda masih bersikap optimis menghadapi kehidupan ini.
Memikul dan melepas beban
Saya mendapatkan artikel menarik dari milis teman sejawat beberapa bulan lalu (Psiindonesia.org.tiwinherman, 2010) yang isinya sebagai berikut:
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stres, Steven Covey, pakar Leadership-7 Habits, mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: seberapa berat menurut Anda segelas air ini?
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. ”Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya,” kata Covey.
”Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”
”Jika kita membawa beban kita terus-menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey. ”Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.”
Nah, Sdr JK, dari artikel itu saya ingin mengajak Anda agar kita tidak sepanjang hari terus merasa merana dan memikirkan kesulitan yang sedang kita tanggung. Cobalah meninggalkan beban kita secara periodik agar kita dapat merasa lebih segar, kuat, dan mampu membawanya lagi. Misalnya sebelum tidur tinggalkan dulu beban itu. Apa pun beban yang ada di pundak kita hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi, untuk dipikirkan juga jalan keluarnya.
Mengubah cara pandang
Ada beberapa hal yang dapat Anda lihat sebagai hal positif dan menghibur Anda. Karena belum bekerja tetap, Anda justru bisa menemani dan membantu nenek. Apalagi rumahnya besar, pasti tenaga Anda sangat dibutuhkan, Jadi, sebenarnya keberadaan Anda sangat berarti bagi nenek, dan itu bisa memberi makna mendalam buat Anda, bukan? Anda tetap menjadi manusia yang berguna di mata nenek. Ia pasti mendoakan Anda agar Anda sukses dalam kehidupan nanti.
Cobalah juga untuk melihat orang-orang sekeliling yang lebih pahit dan sulit hidupnya. Misalnya kenalan yang masih muda tapi sakit keras sehingga tak bisa mencari nafkah untuk keluarganya. Artinya, syukurilah bahwa tubuh Anda sehat sampai sekarang sehingga dapat tetap bekerja, berusaha, berpikir jernih, dan berkreasi.
Melangkah ke depan
Kunci utama agar tidak terlarut dalam perasaan negatif yang bisa ”melumpuhkan” kita adalah harus tetap punya harapan, sepahit apa pun hidup selama ini. Dengan kata lain kita perlu memotivasi diri kita agar terus berdaya menghadapi hari esok. Kita juga dapat menyimak beberapa asas sukses dari Skip Ross (1978) agar kita sukses dalam memperoleh dan mempertahankan pekerjaan kita.
1. Asas Tindakan (Lakukan sekarang, jangan menunda).
2. Asas Antusiasme (Curahkan segenap daya-upaya: pikiran, semangat, dan rasa terhadap setiap kegiatan yang dilakukan).
3. Asas Disiplin Diri (Lakukan apa yang seharusnya dilakukan, terlepas dari senang atau tidaknya melakukan pekerjaan itu).
4. Asas Kegigihan (Lakukan terus-menerus sesuatu sampai tuntas walaupun menghadapi berbagai rintangan, kendala, dan penolakan. Contohnya adalah Kolonel Sanders yang punya resep ayam goreng yang terkenal di seluruh dunia. Ia mengalami penolakan sampai 1.008 kali sebelum akhirnya berhasil diterima di sebuah restoran).
Jadi pantanglah menyerah. Sambil merawat nenek, teruslah mengirim lamaran kerja atau menerima les privat secara santai, sesuaikan dengan waktu sisa Anda setelah mengurus nenek dan rumahnya. Atau Anda juga dapat menciptakan pekerjaan baru, yang mungkin sama sekali berbeda dengan pengalaman mengajar selama ini.
Jangan lupa untuk terus-meneruslah berdoa karena menurut Paul Arden (2007), jika kita berdoa dengan tekun dan sabar untuk satu hal, kita sering kali memperoleh apa yang kita inginkan. Namun, jika kita mendoakan banyak hal sepintas lalu, doa kita tak akan terkabul, karena kita tak sungguh-sungguh menginginkannya.
Salam sukses.
Agustine Dwiputri, Psikolog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar